7 Pedang Samurai Tertua di Jepang yang Masih Tajam, Ini Kisah dan Keunikannya


Seni Budaya Jepang – Jepang yang merupakan negeri para samurai dan ninja, sudah diragukan lagi soal menempa pedang terbaik dan tertajam yang ada didunia. Karena eratnya Jepang juga terkenal karena para Samurai dan pedang-pedangnya pada zaman dahulu banyak Pedang Samurai Tertua yang masih tersimpan. Disamping sebagai senjata, Pedang Jepang (Nihonto) dilambangkan juga sebagai kekuasaan pada zaman dahulu.

Simak Juga : Mau Belajar Budaya Jepang ? Kamu Bisa Kunjungi 9 Kuil Tokyo Yang Populer Ini

Dulunya Nihonto memiliki dua bilah seperti layaknya pedang Jian dari Tiongkok. akan tetapi semua berubah ketika masuk era Heian abad ke-8 saat seorang pandai besi Jepang. Amakuni Yasutsuna dan putranya, Amakura, membuat pedang yang melengkung (Tachi) bilah ganda yang tidak akan patah, dikenal dengan nama “Kogarasu Maru“.

Digunakan secara turun-temurun, beberapa Nihonto yang diresmikan sebagai warisan nasional Jepang (Kokuho) dan disimpan di museum-museum Jepang ternyata berasal dari ratusan hingga ribuan tahun yang lampau. Berikut ini 7 Pedang Samurai Tertua Di Jepang Ini Masih Tajam Loh.

pixabay.com/padrinan

1. Kogarasu Maru (sekitar abad ke-8)

Kogarasu Maru, tachi pertama Jepang yang ditempa oleh Amakuni bersama putranya Amakura di era Heian atau abad ke-8.

Ketika melihat tentara Jepang yang mengalami patah pedangnya dan membangkitkan amarah kaisar Jepang, Amakuni dan Amakura meminta bantuan dari para dewa untuk membuat sebuah pedang yang tidak akan pernah patah, Dengan mengambil pasir besi terbaik, Amakuni dan Amakura menghabiskan waktu mereka selama sebulan untuk menempa satu pedang.

Dan alhasilnya tachi pertama yang sekaligus nenek moyang pedang samurai Jepang, Kogarasu Maru yang berarti “Gagak Kecil:, Saat para serdadu berperang dan kembali sang kaisar senang karena pedang tersebut tidak akan patah, saking awet dan kuatnya Kogarasu Maru masih dipertontonkan saat ini di Museum Koleksi Imperial Jepang hingga saat ini.

Setelah era Restorasi Meiji menjelang akhir abad ke-19 Jepang sudah tidak menggunakan nihonto sebagai senjata namun bukan berarti dihancurkan atau dibuang, pedang-pedang dan senjata peninggalan tersebut diberikan gelar Kokuho dan diabadikan di berbagai kuil, museum, sampai perusahaan yang melestarikan peninggalan sejarah.

soranews24.com

2. Dōjigiri-Yasutsuna (sekitar abad ke-10)

Dōjigiri merupakan salah satu pedang terakhir yang menjadi koleksi dari Tenka-Goken, Tachi satu ini ditempat oleh Hōki-no-Kuni Yasutsuna di era Heian sepanjang 80 cm dan melengkung 2,7 cm dan dijuluki “yokozuna (peringkat teratas) dari seluruh nihonto” karena kualitas dan nilai artistik dan historisnya, Dōjigiri menemani Mikazuki di Museum Nasional Tokyo sebagai kokuho.

Menurut penduduk Jepang, pedang ini mendapatkan namanya karena digunakan untuk membunuh iblis! Bupati klan Fujiwara, Minamoto no Yorimitsu, menggunakan pedang ini untuk menebas iblis bernama Shuten-dōji, hingga saat itu pedang ini diberikan nama Shuten-dōji, sehingga namanya menjadi Dōjigiri. Pedang ini juga sempat digunakan oleh Hideyoshi Toyotimi dan Leyasu Tokugawa.

mymodernmet.com

3. Mikazuki-Munechika (sekitar akhir abad ke-10)

Mikazuki merupakan salah satu Koleksi Tenka-Goken, yang memiliki tachi sepanjang 80 cm dengan lengkungan 2,7 cm yang ditempa oleh Sanjô Munechika pada era Heian, akhir abad ke-10, Mikazuki memiliki arti “bulan sabit” sesuai dengan motif pada bilahnya, ditahbiskan menjadi kokuho, saat ini Mikazuki diperlihatkan di Museum Nasional Tokyo.

Sanjô sendiri merupakan salah satu penempa pedang yang sangat terkenal di Jepang pada masa Heian, sama seperti pedang-pedang di daftar ini, Mikazuki sempat berpindah tangan di klan-klan penting di Jepang, Mikazuki juga pernah berada di kepemilikan Hideyoshi Toyotomi, sama seperti Honjo Masamune, warisan Mikazuki berakhir di tangan klan Tokugawa.

 

chano-yu.com

4. Ōdenta-Mitsuyo (sekitar abad ke-11)

Ōdenta merupakan salah satu Tenka-Goken, Tachi yang memiliki panjang 66 cm dan lengkungan 2,7 cm yang ditempa oleh Miike Denta Mitsuyo disekitar abad ke-11, saat ini Ōdenta adalah Kokuho yang ditampilkan di Maeda Ikutokukai, perusahaan yang melestarikan warisan klan Maeda, penguasa Kaga.

Onimaru bersama Futatsu-mei, Ōdenta menjadi salah satu dari tiga lambang klan Ashikaga, Diturunkan kepada para shogun turun temurun hingga kejatuhan klan Ashikaga oleh Oda Nobunaga, Ōdenta akhirnya berpindah tangan ke Hideyoshi Toyotomi, yang sebelumnya diberikan kepada klan Maeda lewat kawannya sekaligus salah satu jenderal Oda, Maeda Toshiee.

Ada juga kisah mistis yang beredar bahwa pedang Ōdenta ini mampu mengusir roh jahat, Saat ini, Ōdenta adalah kokuho yang dipampang di Maeda Ikutokukai, perusahaan yang melestarikan warisan klan Maeda, penguasa Kaga.

chano-yu.com

5. Juzumaru-Tsunetsugu (awal abad ke-13)

Juzumaru juga termasuk kedalam Tenka-Goken, Juzumaru yang memiliki tachi sepanjang 81 cm ini memiliki lengkungan 3 cm yang ditempat oleh Aoe Tsunetsugu pada era Kamakura, awal abad ke-13 saat ini Juzumaru diletakan di Kuil Honkoji, Amagasaki.

Juzumaru pada awalnya merupakan sebuah tachi pemberian untuk rahib Buddhis Jepang, Nichiren, sebagai senjata bela diri, karena tidak ingin menggunakannya untuk membunuh melainkan sebagai lambang “kebaikan yang mengatasi kejahatan”, Nichiren mengalungkan sebuah tasbih Buddha (juzu) pada gagangnya sehingga namanya menjadi Juzumaru.

chano-yu.com

6. Onimaru-Kunitsuna (sekitar abad ke-13)

Seperti namanya pedang ini memiliki arti “Pedang Iblis”, Onimaru adalah salah satu tachi dari “Lima Pedang langit Jepang” (Tenka-Goken). Onimaru ditempa sepanjang 85.2 cm dengan lengkungan 3 cm oleh Awataguchi Sakon-no-Shogen Kunitsuna sekitar abad ke-13.

Kisah Onimaru tertulis dalam syair Taiheiki, saat tachi tersebut membunuh iblis yang menghantui bupati Kamakura, Hojo Tokimasa. Onimaru adalah salah satu dari tiga lambang klan Ashikaga. Saat ini, tachi Onimaru adalah milik dari Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang.

orientalsouls.com

7. Honjo Masamune (akhir abad ke-13)

Penempa pedang terbaik di Jepang pada masanya Masamune pernah menempa Magnum Opusnya yaitu Honjo Masamune, sebagai harta karung terbesar di Jepang, Honjo Masamune adalah simbol kekuasaan Keshogunan Tokugawa pada zaman Edo yang saat ini terus diturunkan ke para Shogun.

Nama “Honjo” berasal dari penggunanya yang paling terkenal, Jenderal Honjō Shigenaga yang memperoleh pedang Masamune dari medan pertempuran pada 1561. Honjo Masamune kemudian berpindah tangan ke Hideyoshi Toyotomi hingga akhirnya dimiliki oleh Ieyasu Tokugawa dan keluarga. Pada 1939, Honjo Masamune diangkat menjadi kokuho.

Simak Juga : Sejarah Dan Budaya Tato Di Jepang Yang Perlu Kamu Ketahui

Pemilik terakhirnya adalah Iemasa Tokugawa, kepala klan Tokugawa ke-17 saat Perang Dunia II (PD2). Namun, karena Amerika Serikat (AS) melarang penggunaan katana di Jepang, Iemasa akhirnya menyerahkan seluruh 14 nihonto pusaka Tokugawa, termasuk Honjo Masamune ke kepolisian Mejiro pada Desember 1945.

Namun, Honjo Masamune adalah “harta karun”. Dengan kata lain, hingga saat ini, keberadaan Honjo Masamune masih antah berantah dan masih dalam tahap pencarian para peneliti sejarah Jepang.


 Tulis Artikel

Like it? Share with your friends!

Matsuo Taiki 松尾大輝
Kyary pamyu pamyu fans, Hard gamer, Blogger, And Love Art and Fashion especially about Japan. #StayPositive

0 Comments

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.